Transfer
Membara Klub Kaya Baru
Seorang
miliarder Rusia bernama Dmitry Rybolovlev datang
dengan sekoper penuh uang untuk memenuhi ambisinya dalam memiliki sebuah klub
yang sangat membutuhkan uang dalam usahanya membangun sebuah dinasti dan
sejarah baru klub yang telah lama memudar di telan penurunan ekonomi Negara – Negara
Eropa, seperti Prancis misalnya, AS Monaco adalah tujuan dari Miliyarder
tersebut.
AS
Monaco finalis Liga Champions 2004 mendadak terjerembab ke jurang degradasi
pada musim 2010-2011 dan pada gelaran 2012-2013 berhasil kembali ke Ligue 1
Prancis berkat salah satu dari miliader tersebut, ditangani oleh pelatih yang
seolah menjadi pujaan pemilik baru yang ambisius yaitu “Claudio Ranieri” the
Silver Hair, pernah menangani Chelsea FC diawal kepemimpinan Roman Abramovich
kali ini dia rela menjadikan dirinya “kembali” menjadi bahan percobaan pemilik
klub kaya baru, sekaligus magnet untuk pemain besar berlabuh ke klub tersebut.
Bursa
transfer kali ini sangatlah sibuk bagi Ranieri untuk memilih dan minimang
siapakah pemain yang dia butuhkan untuk memuaskan nafsu sang pemilik, dari
mulai Joao Moutinho dan Rodriguez dari FC Porto dengan mahar senilai 75 juta
Euro, dan belum berhenti sampai disitu Ranieri kembali mendapatkan pemain yang
di butuhkannya yaitu Radamel Falcao dari Atletico, Eric Abidal (Barcelona),
Jeremy Toulalan (Malaga) yang bernilai total hampir 130 juta Euro untuk kelima
pemain tersebut.
Akan
tetapi tampak Ranieri belum cukup puas menuntaskan dahaganya dalam berburu
pemain yang dibutuhkannya untuk menyaingi kekuatan klub – klub Prancis lain
seperti Paris Saint German, Lyon, atau Marseille, kesuksesan yang instan adalah
yang di cari oleh para “Sugar Daddy” seperti ini, mendapatkan seluruh gelar
yang di inginkan dan mengkormesilkan nama klub tersebut adalah tujuan jangka
panjang.
Saya
pribadi sangatlah tidak setuju dengan cara bisnis demikian karena akan merusak
harga pemain di pasaran, bukan hanya tidak menjadi jaminan mereka akan langsung
beradaptasi dengan klub barunya, tetapi apakah penjualannya kembali dapat
bernilai lebih atau bahkan hanya akan menjadi pemain dengan nilai medioker yang
akan menjadi kerugian besar bagi klub karena ketidakseimbangan neraca keuangan.
Biarlah
waktu yang menjawab apakah project membangun tim instan akan berhasil atau
malah hanya akan menjadi lelucon serta tunggakan gaji pemain mereka yang
selangit membuat klub harus di jual dan kembali menjadi klub – klub yang tidak
di perhitungkan kembali keberadaannya dan harus menjual pemain – pemain bintangnya
demi mendapatkan uang untuk menjalankan roda kompetisi?