Gado-Gado Sepakbola (dari sejarah panjang hingga kecintaan dan kesetian)
tulisan ini berasal dari indolfc.blogspot.com di tulis oleh @Masilland
Ada
cinta yang lebih aneh dari sekedar perasaan cinta sepasang anak
manusia, perasaan yang mengharapkan adanya hubungan timbal balik dan
saling melengkapi.
dua puluh dua (22) , aku menyukainya bukan karena angka itu sama dengan tanggal dan jam kelahiranku.
22 itu angka hebat dan ajaib, setidaknya itu menurutku.
Tentang dua angka kembar yang menghadap ke arah yang sama secara berdampingan.
Mari berandai-andai sebentar ,
Ibaratkan
dua angka itu adalah sepasang kekasih muda, yang harus mengesampingkan
urusan cinta-cintaanya untuk menatap cita-citanya, mengejar impianya
dengan jalan hidup masing - masing untuk satu tujuan yang sejatinya
sama.
Saat dimana dua angka kembar itu berhadapan adalah ketika takdir Tuhan menyatukan mereka.
Intinya 22 itu simbol kekuatan cinta,
Bagaimana angka 22 itu bisa saling berhadapan dan membentuk 'Love'
Itu
membutuhkan proses yang tidak sebentar dan tak mudah, apa yang membuat
hubungan itu tetap terjaga? Ya kekuatan cinta itu sendiri.
Ah Lupakan teori konyol ini.
Cinta
pada sepakbola, permainan membosankan dengan 22 orang berebut satu
bola, ah aneh sekali memang. Anda harus melek tengah malam demi
menonton bola,
rela
mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk sekedar membeli jersey klub
pujaan, mengumpulkan merchandise dan pernak - pernik lainya, menghiasi
kamar, kendaraan dengan atribut klub.
Segala sesuatu yang melambangkan klub kesayangan, merasa perlu dan harus anda miliki.
Ya anda berusaha menunjukan betapa cintanya anda kepada klub yang anda dukung.
Di
negeri Cina yang ketika itu masih dalam kepemimpinan Dinasti Han. Para
tentaranya diberi latihan fisik dengan cara menendang bola kulit
memasukan ke dalam jaring kecil yang diikatkan pada batang-batang bambu
panjang. Setiap Pemain membidikan bola ke dalam jaring kecil menggunakan
kaki, dada, punggung, serta bahu sambil berusaha menahan serangan dari
lawan. Mereka menyebutnya dengan“tsuchu”.
Di Yunani orang lebih mengenal “episkyros”sebagai permainan pra sepakbola, dan di Romawi orang menyebutnya“harpastum”. Sebuah
permainan menggiring bola hingga melewati garis batas lawan, dengan
langkah dan terkadang melakukannya dengan segala tipu muslihat. Namun olahraga ini dianggap tidak manusiawi, dan akhirnya dilarang diseluruh eropa.
Ya Sepakbola pada masa itu belumlah memiliki aturan yang jelas, dan cenderung ke arah kekerasan.
sebuah alasan yang membuat Raja Felipe V di tahun 1319 melarang keras sepakbola di perancis.
Bukan
hanya itu, di Amerika bagian tengah, orang Indian memainkan sepak bola
dengan jumlah pemain hampir seribu orang yang terbagi menjadi 2 tim,
(lebih menyerupai perang antar suku) yang digelar di lapangan super
luas. Dan jika skor masih imbang, mereka akan melakukanya berhari - hari
sampai mendapatkan pemenangnya.
Permainan sepakbola telah ada sejak ribuan tahun lalu, mengelilingi berbagai negara, singgah di satu benua ke benua lainya. Dengan berbagai nama dan cara memainkanya,Tapi di Inggrislah permainan ini disempurnakan.
Meski pada awalnya permainan bola di Inggris tak kalah brutalnya, bahkan lebih brutal.
Mulai
dikenalkan sepak bola pada abad ke delapan di Inggris, permainan ini
sempat dilarang serta dianggap sebagai permainan setan karena
menggunakan kepala tengkorak sebagai bola.
Dan mengakibatkan ratusan orang meninggal hanya dalam satu pertandingan.
Inggris memang bukan leluhur sepakbola, Tapi Inggris adalah ibu dari sepakbola modern.
Inggrislah yang menyempurnakan permainan sepakbola dengan
tata aturan yang jelas serta membuat kompetisi bertajuk English Footbal
League, kompetisi pertama sepakbola modern di dunia.
Sepakbola tak lagi hanya soal permainan berebut bola, menendang tanpa aturan,kebrutalan.
Tapi tentang harmonisasi permainan di lapangan, saling adu taktik dan strategi, serta keindahan.
Sepakbola kini tak hanya melulu soal menang dan kalah, atau prestise semata.
Tapi sepakbola modern mengusung pesan moral dan sosial.
Sepakbola mengajarkan pada setiap penikmatnya tentang apa itu Fair play sebagai spirit di setiap pertandingan,
Membuat
banner besar bertuliskan 'Respect' dan menyematkanya di lengan jersey
setiap pemain, kampanye ''terselubung'' ini punya tujuan yang jelas,
menyadarkan pada setiap orang Untuk saling menghargai dan menerima
perbedaan dalam masyarakat, suku, ras, agama, dan kewarganegaraan
sekalipun agar tercipta kehidupan yang damai.
Tapi
mereka juga harus menyesali kecerobohan mereka membiarkan seorang Marco
Polo keluar hidup - hidup dari negerinya dengan membawa ilmu tsuchu
yang dipelajarinya,
Kemudian memainkanya di eropa.
Lantas
Eropa Mengadopsinya ( kalau tak mau disebut mencuri) mengembangkanya
hingga membuat benua biru ini maju dengan permainan itu.
Dan aku menjadi bagian orang 'aneh' yang mencintai sepakbola.
Usiaku baru 6 tahun, ketika pertama kali menonton sepakbola di televisi.
saat sebuah kompetisi akbar bertajuk FIFA WORLD CUP edisi keenam belas digelar di Perancis.
Yang mengantarkan lagu ''la copa dela vida'' milik Ricky Martin sebagai lagu of the year ditahun 1999 .
Sejak saat itu aku mulai memainkanya sendiri, atau bersama teman di lapangan.
Atau
hanya sekedar memainkanya di game ninetendo jaman dulu yang tampilan
visualnya masih macam robot itu hingga semanusiawi game PS3 sekarang.
siapa yang pertama kali mempunyai ide tentang Televisi?
Aku belum sempat mencari tahu.
Tapi Aku harus berterimakasih kepada Tuan Skotlandia bernama John Logie Baird, untuk penemuan kotak ajaib itu.
Aku berterimakasih pada kotak berukuran 14'' itu yang mengenalkanku pada sepakbola.
Dan aku hanya mampu menyaksikanya dari jarak ribuan kilometer .
Ya aku berada dibelahan bumi ketiga,
Seorang Supporter yang hanya mampu mendukung lewat layar kaca,
bukan hanya tentang jarak yang menyempitkan kesempatan aku menonton langsung,
Tapi juga tentang bagaimana waktu nyaris berbanding terbalik.
Aku Harus memperpanjang waktu siangku, meski tak jarang sering ketiduran ketika menonton.
Sejak dulu Aku mengidolakan Opa Arsene Wenger, yang mungkin sejak ia kecil sudah diikatkan benang merah dengan Arsenal.
Aku lahir di perayaan ke 43 tahun kelahiranya.
Dan aku berharap suatu hari kami bisa merayakan ulangtahun bersama, makan kue tart dan berfoto bersama mungkin.
Meski dengan jersey yang berbeda.
karena Liverpool menjadi pelabuhan terbaik untuk anak ingusan macam aku.
Kenapa harus Liverpool?
Setidaknya
anda tidak akan lama - lama ikut merasakan hausnya puasa gelar, punya
uang melimpah yang mampu membeli pemain bintang yang mungkin anda
idamkan juga.
Apa mereka akan mendengar suara ku?
Apa mereka juga akan melihat jika aku menonton hampir setiap pertandinganya?
Aku Hanya seorang 'WOOLS'
Yap supporter yang hanya mampu mendukung lewat layar kaca.
Meski Aku tak suka sebutan itu, yang seolah mendiskreditkan peran supporter Layar kaca.
Apa mau dikata lagi.
Tapi mereka adalah keluarga besar
Yang akan terus berjuang bersama menuntut keadilan.
Mereka Mengajarkan pada kita tentang cara hidup yang indah,
Tentang berbagi kepedulian kepada sesama manusia, menghibur anak - anak yang hanya mampu terbaring diranjang Rumah sakit. Tidak peduli bendera mana yang ia kibarkan.
Karena setiap orang pantas mendapat kebahagiaan, hingga orang - orang tak beruntungpun mampu tersenyum hingga akhir hidupnya.
Bagiku
Liverpool FC adalah klub yang spesial, yang tetap mencoba bangkit
dengan kekuatan dan kemampuan sendiri, dengan uang 'seadanya'. Dan semoga selalu begitu, kucuran
dana melimpah mungkin akan membuat klub ini mampu membeli pemain top
eropa dan membawa ke tahta juara yang selalu diidamkan.
Tapi jika itu harus 'menghilangkan' apa yang telah menjadi kesejatian klub, ya meskipun itu sifatnya sementara.
Itu sama artinya dengan orang yang sedang menjual dirinya sendiri,Liverpool itu berbeda, dan tidak akan pernah sama dengan klub manapun. Silahkan anda pilih, terus berjuang dengan Idealisme klub.
Atau menerima untuk bersikap Realistis jika sepakbola masa kini tak bisa dipisahkan dari unsur matrealisme itu sendiri.
Liverpool FC tidak butuh pemain macam Leo Messi ataupun C. Ronaldo.
Kami hanya ingin pemain yang sama spesialnya dengan klub ini,
Bukan pemain kelas dunia, dengan gaji fantastis.
Tapi pemain yang rela bekerja keras, punya loyalitas dan kelapangan.
Karena pemain yang tidak hanya mengejar uanglah yang akan merasakan betapa bangganya bermain untuk Liverpool.
Sejujurnya aku supporter yang biasa saja, dengan batasan - batasan yang memang telah ada atau sengaja dibuat.
Aku tak pandai melakukan chant – chant seperti pendukung Liverpool lainya,
Tak memiliki banyak koleksi Jersey Liverpool,
Tak mampu membeli tiket untuk menonton langsung Liverpool di Anfield.
Dan banyak lagi keterbatasan itu.
Tapi apa itu mengurangi nilai kecintaan seseorang terhadap sesuatu?
Marilah jangan lagi kita melihat sesuatu dari apa yang terlihat saja.
Jadilah supporter yang pintar,
Fanatik boleh, tapi juga harus tau kode etik.
Jangan sampai hanya karena klub sepakbola yang ada nan jauh disana ,
Anda saling berkelahi, berdebat dengan kata kasar dan kotor.
Betapa bodohnya bukan?
Anda bahkan tak terdengar dan terlihat oleh mereka.
Ironis... ?
Yang
dengan sukarela meluangkan waktu tidurnya untuk menonton bola, tak
henti mendukung meski klub itu dalam posisi paling buruk sekalipun.
Karena memang seharusnya dalam kondisi seperti apapun tidak akan membuat
anda selingkuh ke klub lain.
''Aku punya banyak pilihan dalam kehidupan.
Tapi aku hanya punya satu klub sepakbola dan satu gadis impian diseumur hidupku''
@masilland