Liverpool FC: Our Scouting System
Menarik bahasan yang dibuat oleh @indoliverpoolfc &
@lfcoverview_ tentang sistem scouting Liverpool. Tadinya saya pesimistis untuk
menjadi pemenang di kuis diskusi tersebut karena banyaknya followers tampaknya
akan membuat tweet-tweet yang saya buat tenggelam dan sulit di cari di kolom
search, selain itu juga saya berfikir bahwa dengan terbatasnya media Twitter
yang hanya menyediakan 140 karater untuk berbagi pendapat menjadi hambatan,
lalu saya memutuskan untuk menulis ini, bahasan yang menarik. Here we go!
Pertanyaan pertama, kenapa Ian Ayre yang di jadikan picture
dari tulisan ini? Hal itu di sebabkan sejak Damien Commolli dipastikan keluar
dari Liverpool karena dianggap melakukan negosiasi dengan tidak benar yaitu
menggunakan dana klub dengan semena-mena. Lihatlah deal kita di summer
Juli-Agustus 2011 dimana kita menggunkan fresh money dari FSG dengan jumlah
total £105M masing-masing untuk pemain-pemain yang telah kita ketahui. Apa
hasilnya sejauh ini, League Cup + 8th in the league. Jumlah investasi yang
sangat tidak sebanding dengan apa yang terjadi dilapangan. Kita & pemilik
mengharapkan kita bersaing untuk at least, di Top 4, hal ini yang pasti saya
akan dimarahi oleh Kenny Dalglish karena berfikir terlalu pesimis untuk ukuran
supporter Liverpool dan klub sendiri yang seharusnya bersaing untuk gelar
juara.
Lalu Commolli pergi dan sistem dengan menggunakan perannya
sebagai Director of Football ditiadakan dan dialihkan menjadi sebuah tim scout
yang di maksudkan untuk memberikan masukan kepada tim pengembangan tim yang
termasuk didalamnya adalah manager tim, yang saat ini dipegang kendalinya oleh
Brendan Rodgers. Chief Scouts itu dikepalai oleh 2 orang dari Manchester City,
Dave Fallows dan Barry Hunter. Tapi sang negoisator diserahkan kepada Managing
Director yang kegemarannya mengendarai Harley Davidson mengelilingi Liverpool
City, Ian Ayre.
Ayre punya wewenang baru selain melakukan deal dengan
sponsor-sponsor LFC dimana ia berhasil nge-deal dengan Standard Chartered,
Warrior, Garuda Indonesia, dan sebuah pabrikan mobil asal Amerika Serikat yang
baru saja merilis iklannya dengan menggambungkan wajah pemain ManUtd dengan
Liverpool, Chevrolet. Ayre sangat bagus dalam deal bisnis ini, karena menurut
saya membuat deal dengan sponsor-sponsor itu ia tidak diberikan tenggat waktu,
tidak seperti transfer window klub. Punya resume sebagai pebisnis dibidang
sepakbola dan komersial di TV olahraga mulai dari UK hingga Asia.
Ia bisa dibilang lebih baik dari Commolli soal negosiasi,
Assaidi digaet hanya dengan £3M, Borini dengan £12M dan Joe Allen yang £15M
tapi tidak dengan masa tenggat waktu transfer window. Lihat deal dengan Clint
Dempsey dan Gylfi Sidgursson dua-duanya lepas ke Tottenham, Ayre 0-2 Daniel
Levy. Cara dealnya yg kelihatan bertipe tarik-ulur bagus untuk deal tanpa
tenggat waktu, tapi saat anda berada di transfer deadline day, hal tersebut
boleh dilakukan tapi lihatlah kebutuhan tim. We were and are still craving for
one player that can finish those bloody chances created by other Liverpool
players, we just can’t finish them!
Dempsey dan Sidgursson memang bukan finisher sejati, tapi
merekalah yang diinginkan oleh manager. Ada peranan FSG dimana mereka juga
tidak bisa memberikan jumlah uang yang diinginkan oleh Fulham (Dempsey) dan
personal contract term dengan Sidgursson. Tanpa adanya seseorang yang punya
pengalaman dalam dunia sepakbola, sulit buat FSG dan Ian Ayre untuk berfikir
dalam football manner karena ini sepakbola yang berhubungan dengan prestasi,
bukan hanya uang. Jika FSG dan Ayre setuju dengan saya, maka mereka akan
mengeluarkan uang lebih banyak yang tidak sampai £1M untuk Dempsey dan
memberikan gaji sedikit lebih banyak untuk Sidgursson. Jika manager yang telah
diberikan setiap pemain sesuai dengan keinginannya, dan tetap gagal berprestasi
maka panggilah dia dan di mintai pertanggung jawaban. Percayalah, bahwa uang
berada di jalur yang sama dengan prestasi.
Beberapa waktu ini, kita disuguhi bahwa playmaker asal
Jerman yang bermain untuk Schalke 04, Lewis Holtby, dihubung-hubungkan. Menilik
dari sudut keluarga, Holtby yang punya Ayah orang Merseyside, despite he is an
Evertonian, punya kans besar memilih untuk mudik ke kampung Ayahnya dimana
Liverpool kebetulan menginginkannya. Well, teori ini terpatahkan jika media
ternyata mengarang bebas, dan sang Ayah mempengaruhi Holtby untuk jauh-jauh dari
LFC.Tapi jika benar, maka selain di atas lapangan berkali-kali kalah dari
Tottenham, kita juga kalah di meja negosiasi. Ayre 0-3 Daniel Levy.